Rabu, 21 Maret 2018

Tunadaksa

    A.  DEFINISI ANAK DENGAN HAMBATAN FISIK DAN MOTORIK

1.     Definisi tunadaksa secara etimologis
Definisi anak dengan hambatan fisik dan motorik secara etimologis adalah seseorang yang mengalami kesulitan mengoptimalkan fungsi anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah bentuk, dan  akibatnya kemampuan anak untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.
2.     Definisi tunadaksa secara terminologi
Definisi anak dengan hambatan fisik dan motorik secara terminologi adalah berasal dari kata tuna yang berarti rugi atau kurang, dan daksa yang berarti tubuh. Jadi, tunadaksa adalah seseorang yang memiliki gangguan pada tubuh atau kehilangan suatu organ dari tubuhnya.
3.     Definisi tunadaksa menurut para ahli
Definisi anak dengan hambatan fisik dan motorik menurut (kneedler : 1984) tunadaksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap padaalat gerak (tulang, sendi, dan otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Sedangkan menurut sunaryo 1977, tundaksa disefiniskan sebagai anak yang mempunyai keterbatasan dalam kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsinya disebabkan oleh berkurangnya kemampuan anggota tubuh untuk melaksanakan fungsi secara normal, akibat luka, penyakit, atau pertumbuhan tidak sempurna. Sehingga untuk kepentingan pembelajarannya perlu pelayanan khusus







  B.  KLASIFIKASI ANAK DENGAN HAMBATAN FISIK DAN MOTORIK
Agar lebih mudah memberikan layanan terhadap anak tunadaksa, perlu adanya sistem penggolongan (klasifikasi) penggolongan anak tunadaksa bermacam-macam. Klasifikasi anak tunadaksa ada dari kelainan sistem cerebral (cerebral palsy), kelainan pada sistem otot dan rangka, dan tunadaksa karena bawaan. Berikut penjelasan secara rinci nya, yaitu:
1    .     Kelainan pada sistem cerebral
a.     Penggolongan menurut derajat kecacatannya
·        Golongan ringan
mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
·        Golongan sedang
mereka yang membutuhkan treatment atau latihan khusus untuk berbicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri, memerlukan alat khusus seperti brace, krutch, dsb.
·        Golongan berat
mereka yang tetap membutuhkan perawatan tetap dalam ambulasi, berbicara, dan menolong dirinya sendiri. tidak dapat hidup sendiri ditengah masyarakat.
b.     Penggolongan menurut topografi
·        Monoplegia, yaitu hanya satu anggota gerak yang lumpuh.
·        Hemiplegia, yaitu lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama
·        Paraplegia, yaitu lumpuh pada kedua buah tungkai atau kakinya.
·        Triplegia, yaitu         tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan
·        Quadriplegia, yaitu seluruh anggota gerak mengalami kelumpuhan
c.      Penggolongan menurut fisiologi
·        Spastic, yaitu kekejangan pada sebagian ataupun pada seluruh otot.
·        Athetoid, yaitu gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan tidak terarah.
·        Ataxia, yaitu gangguan keseimbangan.
·        Ragidity, yaitu kekakuan pada otot, sehingga gerakan seluruh anggota gerak tubuh seperti robot .
·        Tremor, yaitu  getaran-getaran atau gerakan kecil yang terus menerus.
2    .     Kelainan pada sistem otot dan rangka
a.     Poliomylitis
Suatu  infeksi penyakit pada sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh virus polio, yang menyerang sel-sel syaraf motorik sumsum tulang belakang atau jaringan syaraf pada otak. Kerusakan tersebut menyebabkan kelumpuhan.
b.     Muscle dystrophy
Jenis kelainan otot yang menyebabkan otot tidak dapat berkembang dan mengalami kelumpuhan.
c.      Spina bifida
Terjadi karena berasal dari  masalah masa perkembangan dini janin. Kecacatan ini terjadi jika sebagian ruas tulang belakang tidak menutup sumsum tulang belakang. Spina Bifida akan dapat mengakibatkan lemah otot dan hilagnya perasaan seperti tungkai atau kaki mungkin lumpuh dan mati rasa atau sakit saja rasanya.

3    .     Tunadaksa karena bawaan
a.     Club foot, yaitu kaki seperti tongkat.
b.     Club hand, yaitu tangan seperti tongkat.
c.      Poydactylism, yaitu jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki.
d.     Syndactylism, yaitu jari-jari yang menempel satu dengan lainnya.
e.      Torticollis, yaitu gangguan pada leher sehingga kepala terkulai ke muka.
f.       Cretimsm, yaitu manusia kerdil
g.     Mycrocephalus, yaitu kepala kerdil.
h.     Hydrocephalus, yaitu kepala besar yang berisi cairan.
i.       Coxa valga, yaitu gangguan pada sendi paha, terlalu besar.
j.       Syphilis, yaitu kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis.


 C.  KARAKTERISTIK ANAK DENGAN HAMBATAN FISIK DAN MOTORIK

1.     Karakteristik akademik
Pada umumnya tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem otot dam rangka adalah normal sehingga dapat mengikuti pelajaran sama dengan anak normal, sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, tingkat kecerdasannya berentang mulai dari tingkat idiocy sampai dengan gifted. Hardman(1990) mengemukakan bahwa 45% anak cerebral palsy mengalami keterbelakangan mental (tunadaksa), 35% mempunyai tingkat kecerdasan normal dan diatas normal sisanya berkecerdasan sedikit di bawah rata-rata. Selanjutnya, P.Seibel           (1984:138) mengemukakan bahwa tidak ditemukan hubungan secara langsung antara tingkat kelainan fisik dengan kecerdasan anak. Artinya, anak cerebral palsy yang kelainannya berat, tidak berarti kecerdasannya rendah.
2.     Karakteristik sosial/emosional
Karakteristik ini bermula dari konsep diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka malas belajar, bermain dan perilaku salah lainnya. Kehadiran anak cacat yang tidak diterima oleh orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan pribadi anak. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kurang dapat bergaul, pemalu, menyendiri, dan frustasi.
3.     Karakteristik fisik/kesehatan
Karakteristik fisik/kesehatan anak tundaksan biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain. Kelainan tambahan itu banyak ditemukan pada anak tunadaksa sistem cerebral. Gangguan bicara disebabkan oleh kelainan motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga mengganggu pembentukan artikulasi yang benar.



   D.  FAKTOR PENYEBAB KETUNADAKSAAN

1   .     Prenatal, yaitu kerusakan terjadi pada saat bayi masih dalam kandungan, kersakan disebabkan oleh :
a.     Infeksi rubella pada saat ibu hamil.
b.     Translokasi kromosom yang terjadi pada saat konsepsi.
c.      Keracunan obat-obatan
2   .     Natal, yaitu hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain :
a.     Kelahiran yang terlalu lama, sehingga kepala anak terjepit di jalan lahir.
b.     Lahir dengan bantuan alat seperti forceps.
c.      Anoxia
3   .     Postnatal, yaitu fase setelah kelahiran adalah masa mulai bayi dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia lima tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah :
a.     Penyakit seperti meningitis, enchepalitis, atau meningoenchepalitis.
b.     Trauma cavitis.
c.      Sedangkan poliomylitis disebabkan oleh virus polio.
d.     Sementara itu disthropia musculorum progressiva diduga karena adanya gangguan metabolisme.













E.   DAMPAK KETUNADAKSAAN
1.     Perkembangan Fisik Anak Tunadaksa
Secara umum dapat dikatakan hampir sama dengan anak normal kecuali bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau bagian tubuh lain yang terpengaruh oleh kerusakan itu.
b. Dalam mengaktualisasikan diri secara utuh, anak tunadaksa biasanya dikompensasikan oleh bagian tubuh yang lain. Contoh bila ada kerusakan pada tangan kanan, sebagai kompensasinya tangan kiri akan lebih berkembang.
2. Perkembangan Kognitif Anak Tunadaksa
a. Ptroses adaptasi induvidu terdiri dari asimilasi dan akomodasi
b. Keadaan anak tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik.
c. Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan anak tersebut.
d. Anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi.
e. Hal inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak
Inteligensi anak tunadaksa Menurut Lee (1931);
a. IQ mereka berkisar antara 35–138 (range)
b. Rata-rata IQ mereka 57 (mean)
c. Yang lainnya
Anak polio IQ 92
Anak TBC tulang IQ 88
Anak cacat congenital IQ 61
Anak Spastis IQ 69
Anak cacat pada pusat syaraf IQ 74
3. Perkembangan Bahasa Atau Bicara Anak  Tunadaksa
a. Pada anak jenis polio perkembangan bahasa tidak begitu berbeda dengan anak normal
b. Pada anak cerebral palcy terjadi gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam  koordinasi motorik organ bicara karena kelainan system neuromotor.
c. Akibatnya sulit mengungkapkan pikiran dan keinginan serta kehendaknya.
d. Mereka mudah tersinggung merasa terasing dari keluarga dan teman-temannya.
 4. Perkembangan Emosi Anak  Tunadaksa
a. Anak yang tunadaksa sejak kecil mengalami perkembangan emosi secara bertahap sebagi anak tunadaksa.
b. Anakyang tunadaksa setelah besar mengalaminya sebagai suatu hal yang mendadak dan sulit diterima anak karena itu suatu kemunduran.
c. Dukungan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan emosi anak.
5. Perkembangan Sosial Anak Tunadaksa   
a. Sikap lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon sebagian terhadap lingkungannya.
b. Jika masyarakat menganggapnya tidak berdaya maka ia akan merasa dirinya tidak berguna.
c. Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat.
6. Perkembangan Kepribadian Anak Tunadaksa
Dalam hal ini anak-anak tunadaksa memiliki beberapa hambatan :
a. Masalah penyesuaian diri dan mempertahankan konsep diri.
b. Hambatan yang terletak antara tujuan ( goal ) dan keinginan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perkembangan kepribadian anak tunadaksa dipengaruhi oleh beberapa hal. Yaitu :
- Tingkat ketidakmampuan akibat ketunadaksaan.
- Usia ketika ketubadaksaan itu terjadi
- Nampak atau tidaknya kondisi ketunadaksaan
- Dukungan keluarga dan masyarakat pada anak tunadaksa.
- Sikap masyarakat terhadap anak tunadaksa.



DAFTAR PUSTAKA

      Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT. Refika Aditama.
      Karyana, Asef, Dan Asep Ading Sarip Hidayat. 2013. Bina Gerak Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta timur : PT. Luxima Metro Media.
      Karyana, Asef, Dan Sri Widati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunadaksa. Jakarta timur : PT. Luxima Metro Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar