Kamis, 25 Juli 2019

Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus


KONSEP IDENTIFIKASI


A. Aspek yang Perlu Diidentifikasi

       Istilah identifikasi secara harfiah dapat diartikan menemukan atau menemukenali. Dalam buku ini istilah identifikasi ABK dimaksudkan sebagai usaha seseorang (orang tua, guru, maupun tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis) dalam pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya (anak-anak normal).
       Setelah dilakukan identifikasi dapat diketahui kondisi seseorang, apakah pertumbuhan dan perkembangannya mengalami kelainan/penyimpangan atau tidak. Bila mengalami kelainan/penyimpangan, dapat diketahui pula apakah anak tergolong: (1) Tunanetra, (2), Tunarungu, (3) Tunagrahita, (4) Tunadaksa (5) Anak Tunalaras, (6) Anak lamban belajar, (7) Anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, (8) Anak Autis (9) Anak Berbakat, (10). Anak ADHD ( gangguan perhatian dan hiperaktif).
       Kegiatan identifikasi sifatnya masih sederhana dan tujuannya lebih ditekankan pada menemukan (secara kasar) apakah seorang anak tegolong ABK atau bukan. Maka biasanya identifikasi dapat dilakukan oleh orang-orang yang dekat (sering berhubungan/bergaul) dengan anak, seperti orang tuanya, pengasuh, guru dan pihak lain yang terkait dengannya. Sedangkan langkah selanjutnya, dapat dilakukan screening khusus secara lebih mendalam yang sering disebut assesmen yang apabila diperlukan dapat dilakukan oleh tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, neurolog, orthopedagog, therapis, dan lain-lain.



B.  Tujuan Identifikasi

    Secara umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan (pisik, intelektual, sosial, emosional). Disebut mengalami kelainan/penyimpangan tentunya jika dibandingkan dengan anak lain yang sebaya dengannya. Hasil dari identifkasi akan dilanjutkan dengan asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan progam pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
    Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, kegiatan identifikasi anak berkebutuhan khusus dilakukan untuk lima keperluan,yaitu:
1) Penjaringan (screening),
2) Pengalihtanganan (referal),
3) Klasifikasi,
4) Perencanaan pembelajaran, dan
5) Pemantauan kemajuan belajar.

Adapun penjelasan dari kegiatan tersebut sebagai berikut:
1.  Penjaringan (screening)
    Penjaringan dilakukan terhadap semua anak di kelas dengan alat identifikasi anak berkebutuhan khusus. Contoh alat identifikasi terlampir. Pada tahap ini identifikasi berfungsi menandai anak-anak mana yang menunjukan gejala-gejala tertentu, kemudian menyimpulkan anak-anak mana yang mengalami kelainan/penyimpangan tertentu, sehingga tergolong Anak Berkebutuhan Khusus.
     Dengan alat identifikasi ini guru, orangtua, maupun tenaga profesional terkait, dapat melakukan kegiatan penjaringan secara baik dan hasilnya dapat digunakan untuk bahan penanganan lebih lanjut.

2.  Pengalihtanganan (referal),
    Berdasarkan gejala-gejala yang ditemukan pada tahap penjaringan, selanjutnya anak-anak dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Pertama, ada Anak yang perlu dirujuk ke ahli lain (tenaga profesional) dan dapat langsung ditangani sendiri oleh guru dalam bentuk layanan pembelajaran yang sesuai.
    Kedua, ada anak yang perlu dikonsultasikan keahlian lain terlebih dulu (referal) seperti psikolog, dokter, orthopedagog (ahli PLB), dan therapis,  kemudian ditangani oleh guru.
    Proses perujukan anak oleh guru ke tenaga profesional lain untuk membantu mengatasi masalah anak yang bersangkutan disebut proses pengalihtanganan (referal). Bantuan ke tenaga lain yang ada seperti Guru Pendidikan Khusus (Guru PLB) atau konselor.
   
3.  Klasifikasi
    Pada tahap klasifikasi, kegiatan identifikasi bertujuan untuk menentukan apakah anak yang telah dirujuk ketenaga profesional benar-benar memerlukan penanganan lebih lanjut atau langsung dapat diberi pelayanan pendidikan khusus.
    Apabila berdasar pemeriksaan tenaga profesional ditemukan masalah yang perlu penangan lebih lanjut (misalnya pengobatan, terapi, latihan-latihan khusus, dan sebagainya) maka guru tinggal mengkomunikasikan kepada orang tua siswa yang bersangkutan. Jadi guru tidak mengobati dan atau memberi terapi sendiri, melainkan memfasilitasi dan meneruskan kepada orang tua tentang kondisi anak yang bersangkutan. Guru hanya  memberi pelayanan pendidikan sesuai dengan kondisi anak. Apabila tidak ditemukan tanda-tanda yang cukup kuat bahwa anak yang bersangkutan memerlukan penanganan lebih lanjut, maka anak dapat dikembalikan kekelas semula untuk mendapatkan pelayanan pendidikan khusus di kelas reguler.
   
4. Perencanaan pembelajaran
    Pada tahap ini, kegiatan identifikasi bertujuan untuk keperluan penyusunan program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI). Dasarnya adalah hasil dari klasifikasi. Setiap jenis dan gradasi  (tingkat kelainan) anak berkebutuhan khusus memerlukan program pembelajaran  yang berbeda satu sama lain. Mengenai program pembelajaran yang diindividualisasikan (PPI) akan dibahas secara khusus dalam buku yang lain tentang pembelajaran dalam pendidikan inklusif.

5.  Pemantauan kemajuan belajar
          Kemajuan belajar perlu dipantau untuk mengetahui apakah program pembelajaran khusus yang diberikan berhasil atau tidak. Apabila dalam kurun waktu tertentu anak tidak mengalami kemajuan yang signifikan (berarti), maka perlu ditinjau kembali.  Beberapa hal yang perlu ditelaah  apakah diagnosis yang kita buat tepat atau tidak, begitu pula dengan Program Pembelajaran Individual (PPI) serta  metode pembelajaran yang digunakan sesuai atau tidak dll
          Sebaliknya, apabila intervensi yang diberikan menunjukkan kemajuan yang cukup signifikan maka pemberian layanan atau intervensi diteruskan dan dikembangkan
          Dengan lima tujuan khusus diatas, indentifikasi perlu dilakukan secara terus menerus oleh guru, dan jika perlu dapat meminta bantuan dan atau bekerja sama dengan tenaga professional yang dekat dengan masalah yang dihadapi anak.

C. Sasaran Indentifikasi
     Secara umum sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah seluruh anak usia pra-sekolah dan usia sekolah dasar. Sedangakan secara khusus (operasional), sasaran indentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus adalah:
1. Anak yang sudah bersekolah di Sekolah reguler
Guru Kelas atau tim khusus yang ditugasi sekolah, dengan menggunakan panduan identifikasi sederhana (contoh terlampir), melakukan penjaringan terhadap seluruh peserta didik yang ada di sekolah tersebut untuk menemukan anak-anak yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang terjaring melalui proses identifikasi, perlu dilakukan langkah-langkah untuk pemberian bantuan pendidikan khusus sesuai kebutuhannya.
2. Anak yang baru masuk di Sekolah reguler
Guru Kelas atau tim khusus yang ditugasi sekolah, dengan menggunakan panduan identifikasi sederhana (contoh terlampir) melakukan penjaringan terhadap seluruh murid baru (peserta didik baru) untuk menemukan apakah di antara mereka terdapat ABK yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Anak yang terjaring melalui proses identifikasi ini, perlu diberikan tindakan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
3. Anak yang belum/tidak bersekolah
Guru Kelas atau tim khusus yang ditugasi sekolah, dengan menggunakan panduan identifikasi sederhana, dan/atau bekerjasama dengan Kepala Desa/Kelurahan, atau  Ketua RW dan RT setempat, melakukan pendataan anak berkebutuhan khusus usia sekolah di lingkungan setempat yang belum bersekolah.  Anak berkebutuhan khusus usia sekolah yang belum bersekolah dan terjaring melalui pendataan ini, dilakukan langkah-langkah untuk pemberian tindakan pendidikan sesuai dengan kebutuhannya.

D. Petugas Indetifikasi
   Untuk mengindentifikasi seorang anak apakah tergolong Anak Berkebutuhan Khusus atau bukan, dapat dilakukan oleh:
1. Guru kelas;
2. Guru Mata pelajaran/Guru BK
3. Guru Pendidikan Khusus
4. Orang tua anak; dan atau
5. Tenaga profesional terkait.



berikut adalah formulir untuk kegiatan identifikasi dapat didownload dibawah ini!

https://drive.google.com/file/d/1_H9iUWPHCfjqwh2IcB-cYWzgXoLzkOrN/view?usp=sharing

Sabtu, 23 Maret 2019


 CEREBRAL PALSY

Hasil gambar untuk anak tunadaksa kartun
 

Cerebral Palsy (diucapkan seh-ree-brel pawl-zee) adalah istilah selimut yang biasa disebut "CP" dan dijelaskan oleh kehilangan atau kerusakan fungsi motorik, Cerebral Palsy sebenarnya disebabkan oleh kerusakan otak. Kerusakan otak disebabkan oleh cedera otak atau perkembangan otak yang abnormal yang terjadi saat otak anak masih berkembang - sebelum kelahiran, saat kelahiran, atau segera setelah lahir.Cerebral Palsy mempengaruhi gerakan tubuh, kontrol otot, koordinasi otot, otot, refleks, postur dan keseimbangan. Hal ini juga dapat mempengaruhi kemampuan motorik halus, kemampuan motorik kasar dan fungsi motorik lisan. Cerebral Palsy adalah hasil dari cedera otak atau malformasi otak. Individu dengan Cerebral Palsy kemungkinan besar terlahir dengan kondisi ini, walaupun beberapa memperolehnya nanti.                                                                                                    
 Cerebral palsi (CP) adalah terminologi yang digunakan untuk mendeskripsikan kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak, atau hemisphere, dan palsi mendeskrispsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh. Jadi, penyakit tersebut tidak disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan saraf tepi, melainkan, terjadi perkembangan yang salah atau kerusakan pada area motorik otak yang akan mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur secara adekwat.                                                                                                              
 Cerebral Palsy bukanlah penyakit - sebenarnya ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai kondisi yang biasanya menyebabkan kerusakan fisik.Cerebral palsy memiliki masalah dengan gerakan tubuh dan postur. Beberapa orang yang memiliki cerebral palsy sedikit pincang atau sulit berjalan. Beberapa pasien lain sedikit atau tidak ada kontrol atas lengan dan kaki mereka atau bagian lain dari tubuh, seperti mulut dan lidah, yang dapat menyebabkan masalah makan dan berbicara. Orang yang memiliki bentuk parah dari cerebral palsy lebih cenderung memiliki masalah lain, seperti kejang atau cacat intelektual.
CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis. Spastik diplegia, untuk pertama kali di deskripsikan oleh dr.Little (1860), merupakan salah satu bentuk penyakit yang dikenal selanjutnya sebagai CP. Hingga saat ini, CP diklasifikasikan berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu:
1.CPSpastik                                                                                                                                                        Merupakan bentukan CP terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan             secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami    spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku           dan lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakteristik berupa ritme berjalan yang dikenal dengan gait gunting (scissors gait) (Bryers, 1941).
                   Anak dengan spastik hemiplegia dapat disertai tremor hemiparesis, dimana             seseorang tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu sisi tubuh.     Jika tremor memberat, akan terjadi gangguan gerakan berat.
            CP spastik dibagi berdasarkan jumlah ekstremitas yang terkena, yaitu:
                        a. Monoplegi
                                    Bila hanya mengenai 1 ekstremitas saja, biasanya lengan.
                        b. Diplegia
                                    Keempat ekstremitas terkena, tetapi kedua kaki lebih berat daripada                                    kedua lengan
                        c. Triplegia
                                    Bila mengenai 3 ekstremitas, yang paling banyak adalah mengenai kedua                                   lengan dan 1 kaki
                        d. Quadriplegia
                                    Keempat ekstremitas terkena dengan derajad yang sama
                        e. Hemiplegia
                                    Mengenai salah satu sisi dari tubuh dan lengan terkena lebih berat
Jenis-jenis CP spastik

2.CPAtetoid/diskinetik                                                                                                                                            Bentuk CP ini mempunyai karakteristik gerakan menulis yang tidak            terkontrol dan perlahan. Gerakan abnormal ini mengenai tangan, kaki, lengan,        atau tungkai dan pada sebagian besar kasus, otot muka dan lidah, menyebabkan           anak tampak menyeringai dan selalu mengeluarkan air liur. Gerakan sering             meningkat selama periode peningkatan stres dan hilang pada saat tidur. Penderita juga mengalami masalah koordinasi gerakan otot bicara (disartria). CP atetoid            terjadi pada 10-20% penderita CP.

            3. CP Ataksid

Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita yang terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk; berjalan tidak stabil dengan gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling berjauhan; kesulitan dalam melakukan gerakan cepat dan tepat, misalnya menulis atau mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti menggigil pada bagian tubuh yang baru digunakan dan tampak memburuk sama dengan saat penderita akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid ini mengenai 5-10% penderita CP (Clement et al, 1984).

4. CP campuran

Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk CP yang dijabarkan diatas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah spastik dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai.CP juga dapat diklasifikasikan berdasarkan estimasi derajat beratnya penyakit dan kemampuan penderita untuk melakukan aktivitas normal.



 
Manusia adalah mahluk yang unik dengan ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Begitu juga dengan karakteristik anak cerebral palsy. Karakteristik anak cerebral palsy dapat dilihat dari ciri-ciri yang tampak pada anak-anak cerebral palsy. Penyebab utamanya adalah adanya kerusakan, gangguan atau adanya kelainan yang terjadi pada otak.
Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), cerebral palsy diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:
1.                     Spasticity, anak yang mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, menyebabkan sebagianotot menjai kaku, gerakan-gerakan lambat dan canggung.
2.                     Athetosis merupakan salah satu jenis cerebral palsy dengan ciri menonjol gerakan tidak terkontrol, terdapat kaki, lengan,dan otot wajah yang lambant mbergeliat-liut tiba-tiba dan cepat.
3.                     Ataxia ditandai dengan gerakan yang tidak terorganisasi daan kehilangan keseimbangan. Ketika keseimbangan memburuk ia akan kesulitan untuk memulai duduk dan berdiri..
4.                     rigidity, ditandai dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya, otot terlalu tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan tahan-tahan dan kaku.
5.                     tremor, ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari, dengan irama tetap. Lebih mirip dengan getaran.
6.                     Campuran, yang disebut dengan campuran anak yang memiliki beberapa jenis kelainan cerebral palsy.
Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan fungsional yaitu:
 a. Golongan Ringan
Cerebral palsy golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anakanak sehat lainnya, kelainan yang dialami tidak mengganggu dalam kegiatan sehari-hari, maupun dalam mengikuti pendidikan.                  
b. Golongan Sedang
Cerebral palsy yang termasuk sedang sudah kelihatan adanya pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak memerlukan alat bantuan khusus untuk memperbaiki pola geraknya.
c. Golongan Berat
Cerebral palsy yang termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Dari pendapat Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182) di atas, cerebral palsy mempunyai karakteristik sebagai berikut: cerebral palsy golongan ringan dapat hidup bersama anak-anak sehat lainnya, baik dalam 15 kehidupan sehari-hari maupun pendidikan; cerebral palsy golongan ringan membutuhkan pendidikan khusus agar dapat mengurus diri sendiri, bergerak dan bicara dan memerlukan alat bantu khsusu untuk pola geraknya; dan cerebral palsy golongan berat menunjukkan kelainan yag sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin hidup tanpa bantua orag lain. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum anak cerbral palsy memiliki karakteristik sebagai berikut: mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, gerakan-gerakan tidak terkendali, gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, keseimbangannya buruk, dan terdapat getaran-getaran kecil yang muncul tanpa terkendali. Kondisi anak cerebral palsy yang demikian mengakibatkan anak membutuhkan bantuan dan layanan khusus pada tingkatan tertentu.


Cerebral palsy disebabkan oleh kelainan pada perkembangan dan kerusakan pada otak yang sedang berkembang. Kerusakan otak biasanya terjadi sebelum kelahiran, tapi bisa juga terjadi saat kelahiran atau tahun-tahun pertama kehidupan si kecil. Dalam kebanyakan kasus, penyebab pasti cerebral palsy tidak diketahui.Cerebral palsy disebabkan oleh kerusakan otak janin atau bayi. Ini terjadi ketika ada kerusakan neurologis sebelum, selama, atau dalam lima tahun kelahiran yang mencegah otak berkembang dengan baik.                                                                                Kerusakan pada bagian-bagian otak yang mengendalikan fungsi motorik menyebabkan anak-anak dengan CP berjuang dengan postur, keseimbangan dan gerakan. Meskipun cacat ini mempengaruhi otot dan gerakan, hal ini tidak disebabkan oleh masalah pada otot atau saraf sebenarnya - ini benar-benar akibat kerusakan otak perkembangan.
Penyebab dari Cerebral Palsy ini dapat di lihat dalam 3 proses. Yaitu proses pranatal (saat bayi dalam kandungan), proses perinatal (saat bayi dilahirkan), dan proses pascanatal (sesudah bayi dilahirkan atau berada di luar kandungan). Kasus-kasus tersebut dapat di lihat sebagai berikut :
1.PRANATAL ( Proses ketika bayi berada didalam kandungan)
Pada saat janin berada dalam kandungan, kemungkinan terjadinya gangguan perkembangan pada otak bayi sangatlah besar. Gangguan tersebutlah yang menyebabkan otak bayi menjadi abnormal atau memiliki cedera. Hal ini dapat terjadi apabila ibu hamil terkena infeksi toksoplasma, rubela, CMV, Cacar air, atau herpes sangat rentan sekali mempengaruhi keadaan bayi di dalam kandungan. Hal ini akan menyebabkan bayi mengalami masalah perkembangan jaringan otak. 75% dari kasusCerebral Palsy  terjadi saat berada dalam masa Pranatal seperti itu.
2. PERINATAL (Proses Persalinan)
Ketika bayi berada pada proses persalinan terutama persalinan yang lama bahkan sulit kemudian dibutuhkan alat bantu melahirkannya, kemungkinan terjadi luka di kepala bayi juga dapat dijadikan penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Kemudian terjadi tali pusar yang melilit bayi yang menyebabkan bayi kesulitan bernapas dapat menyebabkan cedera otak akibat kekurangan asupan oksigen yang membuat bayi tersebut kejang lalu mengalami pendarahan. Bayi prematur juga rentan terkena infeksi otak dan pendarahan otak. Kasus Cerebral Palsy  pada masa Perinatal ini terjadi sampai 10-15%.
3. PASCANATAL (Proses sesudah dilahirkan/di luar kandungan)
Bayi yang lahir prematur dan memiliki berat badan yang berada di bawah 2 kg akan rentan terkena penyakit kuning yang juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya Cerebral Palsy. Dan bayi yang menderita malaria dan infeksi otak seperti meningitis, radang selaput otak lalu mengalami panas tinggi dan juga mengalami kecelakaan akibat kelalaian orang tuanya seperti terjatuh yang kemudian menyebabkan luka pada kepala yang lalu mempengaruhi otak sehingga menimbulkan trauma juga berpengaruh terjadinya Cerebral Palsy. Bayi yang kekurangan asupan oksigen dan beberapa kasus yang tidak diketahui penyebabnya juga merupakan faktor dari Cerebral Palsy dan 10% kemungkinan dapat terjadi pada bayi pasca dilahirkan ke dunia.
 Namun beberapa penyebab yang umumnya terjadi biasanya meliputi:
Ø Kekurangan oksigen ke otak selama persalinan
Ø Kelahiran prematur
Ø Sakit kuning parah pada bayi
Ø Infeksi ibu seperti campak, herpes simpleks Jerman, rubella, sifilis, dan lain                         sebagainya
Ø Infeksi otak, seperti ensefalitis dan meningitis
Ø Perdarahan yang terjadi di otak
Ø Nutrisitidak terpenuhi sebelum atau selama kelahiran.Beberapa masalah dari                       orangtua ke anak (kondisi genetik) yang mempengaruhi perkembangan otak
Ø Dalam banyak kasus, penyebab pasti dari cerebral palsy tidak diketahui.
Ø Paparan pralahir terhadap obat-obatan terlarang dan alkohol, keracunan                              merkuri dari ikan dan toksoplasmosis dari daging mentah / kurang matang
Ø Penyerahan abnormal, seperti kelahiran sungsang (kaki pertama)
Ø Diabetes maternal atau tekanan darah tinggi
Ø Kesehatan ibu buruk

E.Tanda yang paling umum dari cerebral palsy
1.        Adanya keterlambatan perkembangan pada bayi, misalnya belum bisa duduk saat usia sudah memasuki 8 bulan atau tidak bisa berjalan saat usia sudah 18 bulan
2.        Pergerakan lengan dan kaki yang abnormal
3.        Masalah koordinasi otot yang buruk sehingga sulit untuk melakukan gerakan yang tepat
4.        Pembentukan otot yang abnormal
5.        Tremor – adanya gerakan yang tidak terkontrol ataupun terkendali pada bagian tubuh tertentu
6.        Kekakuan pada otot dengan pergerakan yang kaku, terutama pada kaki, tangan, dan punggung
7.        Hanya menggunakan satu sisi tubuh untuk melakukan aktivitas, misalnya meraih barang dengan menggunakan satu tangan
8.        Cara berjalan yang tidak normal, contohnya berjalan dengan kaki menyilang seperti gunting, berjinjit, ataupun mengangkang
Selain masalah koordinasi dan gerakan tubuh, umumnya seseorang yang mengalami cerebral palsy juga mengalami beberapa gejala gangguan saraf, di antaranya
1.        Kesulitan berbicara ataupun komunikasi
2.        Gangguan pendengaran
3.        Gangguan penglihatan seperti mata juling
4.        Gangguan kecerdasan seperti ketidakmampuan anak untuk belajar
5.        Gangguan mental
6.        Mengalami inkontinensia urin atau kesulitan untuk mengendalikan kandung kemih sehingga sulit untuk menahan air kencing
7.        Memiliki respon yang abnormal terhadap sentuhan atau rasa nyeri
8.        Gangguan makan pada bayi seperti kesulitan menelan (disfagia)
9.        Mengeluarkan air liur terus menerus atau “mengences”
10.    Kelainan pada bentuk tulang, khususnya pada tulang pinggul dan tulang belakang (skoliosis)
11.    Mudah mengalami dislokasi atau cedera pada sendi
12.    Mengalami penyakit asam lambung
F. DAMPAK
Dampak Dari Cerebral Palsy Cerbral palsy dapat berdampak pada keadaan kejiwaan yang banyak dialami adalah kurannya ketenangan. Anak cerebral palsy tidak dapat stabil, sehingga menyulitkan pendidik untuk mengikat (mengarahkan) kepada suatu pelajaran atau latihan. “Anak cerebral palsy dapat juga bersikap depresif, seakan-akan melihat sesuatu dengan putus asa atau sebaliknya agresif dengan bentuk pemarah, ketidak sabaran atau jengkel, yang akhirnya sampai kejang “. (Mumpuniarti, 2001: 101). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mohammad Efendi (2006: 126). 16 Kondisi ketunadaksaan pada anak sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan kognitifnya. Khsusunya anak cerebral palsy selain mengalami kesulitan dalam belajar dan perkembangan fungsi kognitifnya, mereka pun seringkali mengalami kesulitan dalam komunikasi, persepsi, maupun kontrol gerakan, bahkan beberapa penelitian sebagian besar diketahui terbelakang mental (tunagrahita).
G. Alat Bantu/ Mobilitas
Untuk mengurangi dampak bertambah buruknya kondisi anak Cerebral Palsy serta menunjang kemandirian anak dalam melakukan aktivitasnya sehari-harinya, ada alat bantu mobilitas yang bisa digunakan anak Cerebral Palsy


Beberapa alat bantu mobilitas yang bisa digunakan anak Cerebral Palsy antara lain :
1)Sendok makan                                                                                                                                                           Disini sendok makan berfungsi untuk melatih kemandirian anak untuk belajar makan sendiri, sekaligus melatih anak untuk meningkatkan kekuatan otot-otot tangannya.
2)Cornet seat                                                                                                                                                                   Corner seat berfungsi memposisikan anak Cerebral Palsy dalam mendapatkan posisi yang benar serta membantu anak untuk belajar dan duduk.
3)Front wheeked walker                                                                                                                                                            Alat yang satu ini berfungsi sebagai alat bantu melatih anak berjalan, melatih keseimbangan dan meningkatkan keberanian anak.
4)Canadian cruc                                                                                                                                                              Canadian cruc merupakan alat bantu mobilitas yang membantu anak untuk belajar berjalan dan membantu kestabilan mereka saat berjalan.
5)Kursi roda                                                                                                                                                                 Seperti kita ketahui bersama, kursi roda merupakan salah satu alat yang memudahkan anak Cerebral Palsy untuk bisa bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Alat ini juga melatih anak untuk melakukan aktivitas secara mandiri.
6)Standing frame                                                                                                                                                        Standing frame adalah alat untuk latihan berdiri dengan posisi yang benar. Alat ini juga berfungsi untuk melatih otot-otot pada saat berdiri terutama pada otot tungkai bagian bawah




DAFTAR PUSTAKA
Ayres. A. J.(1989).  Sensory Integration and Practice Test. Los Angeles: Western Psychological Services.
Anderson. J. M.  (1998).Sensory Motor Issues in Autism. Texas: Therapy Skill Builders.
Kimbal. J. G. (1999). Sensory Integration Frame of Reference. Philadelphia: Lipincot Williams&Wilkins.                                                                                                                         http://doktersehat.com/cerebral-palsy/#ixzz58s2ZaHJL                        http://www.cerebralpalsy.org/about-cerebral-palsy/definition            https://www.cerebralpalsyguide.com/cerebral-palsy/  https://bisamandiri.com/blog/2014/10/alat-bantu-mobilitas-bagi-anak-cerebral-pal         sy/