Saat
ini penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan penyebab
autis bersifat multifaktorial.
Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain
berpendapat bahwa autis disebabkan oleh psikiatri atau jiwa. Ahli lainnya
berpendapat bahwa autis disebabkan kombinasi makanan yang salah atau lingkungan
yang tekontaminasizat-zat beracun dan mengakibatkan kerusakan pada usus besar.
Kerusakan tersebut yang mengakibatkan timbulnya masalah dalam tingkah laku dan
fisik. Oleh karena itu, penelitian mengenai penyebab autisme masih terus berjalan
dan berkembang. Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab
autisme.
1. Faktor
Genetik
Faktor
genetik
dipercaya mempunyai peran besar bagi munculnya autisme,
meskipun tidak diyakini sepenuhnya bahwa autisme
hanya disebabkan oleh gen dari keluarga. Menurut
Maulana (2007 : 19) Faktor genetik juga memegang peranan kuat, dan ini terus diteliti.
Pasalnya, banyak manusia
mengalami mutasi genetik yang bisa terjadi karena cara
hidup yang semakin modern
(penggunaan zat kimia dalam kehidupan sehari-hari, faktor udara yang semakin
terpolusi). Beberapa faktor yang juga terkait adalah
usia ibu saat hamil, usia ayah saat istri
hamil, serta masalah yang terjadi
saat hamil dan proses kelahiran (Ginanjar, 2008).
2.
Masalah selama
kehamilan dan proses kelahiran
Masalah pada masa kehamilan dan proses melahirkan, resiko
autisme berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi pada masa 8 minggu
pertama kehamilan. Ibu yang mengkonsumsi alkohol, terkena virus rubella
menderita infeksi kronis atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang diduga
mempertinggi resiko autisme. Proses melahirkan yang sulit sehingga bayi
kekurangan oksigen juga diduga berperan penting. Bayi yang lahir premature atau
punya berat badan dibawah normal lebih besar kemungkinnanya untuk mengalami gangguan
pada otak dibandingkan bayi normal.
3.
Racun dan Logam
Berat
Keracunan logam berat merupakan kondisi yang sering
dijumpai ketika anak dalam
kandungan. Keracunan logam seperti timbal,
merkuri, cadmium, spasma infantile, rubella
kongenital, sclerosis tuberosa,
lipidosis serebral, dan anomaly komosom X rapuh. Berbagai racun yang berasal dari pestisida, polusi udara, dan cat tembok dapat
mempengaruhi kesehatan janin. Penelitian terhadap sejumlah anak autis
menunjukkan bahwa kadar logam berat (merkuri, timbal, timah) dalam darah mereka lebih
tinggi dibandingkan anak-anak normal. Oleh karena itu, racun dan logam berat salah
satu penyebab gangguan ini.
4. Kelainan
Neurotransmitter
Neurotransmitter adalah cairan kimiawi
yang berfungsi menghantarkan implus dan menerjemahkan respon yang diterima.
Jumlah neurotransmitter pada anak autis lebih rendah dari anak normal, yaitu
sekitar 30-50%. Selain itu, pada anak autis kadar serotonin dalam darahnya
sangat tinggi, sedang dopaminnya sedikit.
5. Virus
Anak autis diduga
dapat disebabkan oleh virus seperti rubella, toxoplasmosis, herpes, jamur,
nutrisi yang buruk, perdarahan, dan keracunan makanan pada masa kehamilan yang
dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang meyebabkan fungsi otak bayi yang
dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi. Efek
virus dan keracunan tersebut dapat berlangsung terus setelah anak lahir dan
terus merusak pembentukan sel otak, sehingga anak kelihatan tidak memperoleh
kemajuan dan gejala makin parah.
6. Vaksinisasi
Vaksinisasi MMR (Measles,
Mumps dan Rubella) menjadi salah satu faktor yang diduga kuat menjadi penyebab autisme walaupun sampai
sekarang hal ini masih jadi perdebatan. Banyak orangtua yang melihat anaknya yang tadinya
berkembang normal menunjukkan kemunduran setelah memperoleh vaksinisasi MMR.
Zat pengawet pada vaksinisasi inilah
(Thimerosal) yang menyebabkan autisme.
7. Kelainan
Peptida di otak
Gluten
(protein gandum) dan kasein (protein susu) dipecah dalam usus menjadi peptida
dan asam amino. Peptida akan diambil dalam jumlah kecil diserap di usus dan
beredar dalam darah. Apabila berlebih peptida akan dikeluarkan melalui urin dan
ada pulan yang disaring kembali saat melewati sawar darah otak. Hal ini
menyebabkan peptida yang masuk ke dalam otak sedikit, terutama glidorphin dan casomordophin yang berperan meningkatkan jumlah endorfin dan
enkefalin untuk mengaktifkan otak. Akan tetapi apalbila kadar endorfin dan
enkefalin melebhi kebutuhan dapat menyebabkan gangguan perilaku, persepsi,
intelegensia, emosi, dan perasaan.
Daftar pustaka
· Jurnal Mohamad Sugiarmin PLB UPI digilib.uinsby.ac.id
· Sintowati, Retno. 2008. Autisme. Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka
· Hani’ah, Munnal. 2015. Kisah Inspiratif Anak-Anak Autis Berprestasi.
Yogyakarta : DIVA Press.