Kamis, 22 Februari 2018

Penyebab Autisme

Saat ini penyebab autis belum diketahui secara pasti. Beberapa ahli menyebutkan penyebab autis bersifat multifaktorial. Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autis disebabkan oleh psikiatri atau jiwa. Ahli lainnya berpendapat bahwa autis disebabkan kombinasi makanan yang salah atau lingkungan yang tekontaminasizat-zat beracun dan mengakibatkan kerusakan pada usus besar. Kerusakan tersebut yang mengakibatkan timbulnya masalah dalam tingkah laku dan fisik. Oleh karena itu, penelitian mengenai penyebab autisme masih terus berjalan dan berkembang.  Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab autisme.
1.    Faktor Genetik
Faktor genetik dipercaya mempunyai peran besar bagi munculnya autisme, meskipun tidak diyakini sepenuhnya bahwa autisme hanya disebabkan oleh gen dari keluarga. Menurut Maulana (2007 : 19) Faktor genetik juga memegang peranan kuat, dan ini terus diteliti. Pasalnya, banyak manusia mengalami mutasi genetik yang bisa terjadi karena cara hidup yang semakin modern (penggunaan zat kimia dalam kehidupan sehari-hari, faktor udara yang semakin terpolusi). Beberapa faktor yang juga terkait adalah usia ibu saat hamil, usia ayah saat istri hamil, serta masalah yang terjadi saat hamil dan proses kelahiran (Ginanjar, 2008).

2.    Masalah selama kehamilan dan proses kelahiran
Masalah pada masa kehamilan dan proses melahirkan, resiko autisme berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi pada masa 8 minggu pertama kehamilan. Ibu yang mengkonsumsi alkohol, terkena virus rubella menderita infeksi kronis atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang diduga mempertinggi resiko autisme. Proses melahirkan yang sulit sehingga bayi kekurangan oksigen juga diduga berperan penting. Bayi yang lahir premature atau punya berat badan dibawah normal lebih besar kemungkinnanya untuk mengalami gangguan pada otak dibandingkan bayi normal.

3.    Racun dan Logam Berat
Keracunan logam berat merupakan kondisi yang sering dijumpai ketika anak dalam kandungan. Keracunan logam seperti timbal, merkuri, cadmium, spasma infantile, rubella kongenital, sclerosis tuberosa, lipidosis serebral, dan anomaly komosom X rapuh. Berbagai racun yang berasal dari pestisida, polusi udara, dan cat tembok dapat mempengaruhi kesehatan janin. Penelitian terhadap sejumlah anak autis menunjukkan bahwa kadar logam berat (merkuri, timbal, timah) dalam darah mereka lebih tinggi dibandingkan anak-anak normal.  Oleh karena itu, racun dan logam berat salah satu penyebab gangguan ini.

4.    Kelainan Neurotransmitter
Neurotransmitter adalah cairan kimiawi yang berfungsi menghantarkan implus dan menerjemahkan respon yang diterima. Jumlah neurotransmitter pada anak autis lebih rendah dari anak normal, yaitu sekitar 30-50%. Selain itu, pada anak autis kadar serotonin dalam darahnya sangat tinggi, sedang dopaminnya sedikit.

5.    Virus
Anak autis diduga dapat disebabkan oleh virus seperti rubella, toxoplasmosis, herpes, jamur, nutrisi yang buruk, perdarahan, dan keracunan makanan pada masa kehamilan yang dapat menghambat pertumbuhan sel otak yang meyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi. Efek virus dan keracunan tersebut dapat berlangsung terus setelah anak lahir dan terus merusak pembentukan sel otak, sehingga anak kelihatan tidak memperoleh kemajuan dan gejala makin parah.

6.    Vaksinisasi
                     Vaksinisasi MMR (Measles, Mumps dan Rubella) menjadi salah satu faktor yang diduga kuat menjadi penyebab autisme walaupun sampai sekarang hal ini masih jadi perdebatan. Banyak orangtua yang melihat anaknya yang tadinya berkembang normal menunjukkan kemunduran setelah memperoleh vaksinisasi MMR. Zat pengawet pada vaksinisasi inilah (Thimerosal) yang  menyebabkan autisme.

7.    Kelainan Peptida di otak
                 Gluten (protein gandum) dan kasein (protein susu) dipecah dalam usus menjadi peptida dan asam amino. Peptida akan diambil dalam jumlah kecil diserap di usus dan beredar dalam darah. Apabila berlebih peptida akan dikeluarkan melalui urin dan ada pulan yang disaring kembali saat melewati sawar darah otak. Hal ini menyebabkan peptida yang masuk ke dalam otak sedikit, terutama glidorphin dan casomordophin yang berperan meningkatkan jumlah endorfin dan enkefalin untuk mengaktifkan otak. Akan tetapi apalbila kadar endorfin dan enkefalin melebhi kebutuhan dapat menyebabkan gangguan perilaku, persepsi, intelegensia, emosi, dan perasaan.



Daftar pustaka
·       Jurnal Mohamad Sugiarmin PLB UPI digilib.uinsby.ac.id
·       Sintowati, Retno. 2008. Autisme. Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka
·       Hani’ah, Munnal. 2015. Kisah Inspiratif Anak-Anak Autis Berprestasi. Yogyakarta : DIVA Press.